Direktur Al Ridho, Mia Inayati |
Idealismenya terhadap pendidikan anak membawanya ke ranah yang belum
pernah dilakoninya: mengelola sekolah alam. Sebuah konsep pendidikan
yang tak memangkas, melainkan membebaskan siswa berkreativitas.
SEORANG Mia Inayati Rachmania (43), tak pernah membayangkan akan berkecimpung di dunia pendidikan. Yang diketahui olehnya hanyalah bahwa dirinya sangat menyukai biologi. Lain tidak. Usai kuliah, menjadi pengajar pun masih jauh dari benaknya.
SEORANG Mia Inayati Rachmania (43), tak pernah membayangkan akan berkecimpung di dunia pendidikan. Yang diketahui olehnya hanyalah bahwa dirinya sangat menyukai biologi. Lain tidak. Usai kuliah, menjadi pengajar pun masih jauh dari benaknya.
Minatnya menggeluti dunia pendidikan muncul tatkala anak pertama beranjak masuk sekolah dasar. “Saat anak pertama saya menginjak usia sekolah dasar, saya mulai berpikir tentang pendidikan anak. Saya berpendapat bahwa untuk bisa menerapkan idealisme, maka harus memiliki sekolah sendiri. Sejak itulah saya mulai concern pada pendidikan,” ujar Direktur Sekolah Alam Ar Ridho ini mengawali kisah.
Diakui, proses pendirian sekolah alam tidak mulus. Apalagi di Semarang dan Jawa Tengah belum ada satu pun model sekolah alam. Setelah berkonsultasi dengan sang suami yang juga berkecimpung di dunia pendidikan, disepakati untuk mendirikan sekolah alam tersebut.
“Alasan saya memilih sekolah alam adalah agar anak dapat lebih mendekatkan diri kepada ciptaan Allah. Selain itu juga agar anak bisa belajar langsung dan mudah menangkap informasi ilmiah,” ujar ibu 11 anak ini.
Baginya, melalui sekolah alam ini anak akan semakin mudah diajak bersyukur. Karena saat pembelajaran berlangsung, anak lebih banyak menggunakan panca inderanya, dibandingkan pembelajaran di dalam kelas.
Mia memang memiliki konsep pendidikan yang berbeda dari orang kebanyakan. Baginya, pembelajaran siswa tidak harus –-bahkan tidak perlu-– di dalam kelas. Karena dengan belajar di dalam kelas, seringkali anak justru akan merasa tertekan, dan akhirnya tidak mampu mengikuti pelajaran dengan baik.
“Anak kelas satu SD ibaratnya baru mengenal dunia baru, selepas dirinya dari taman kanak-kanak, yang penuh dengan bermain. Oleh karenanya, mengapa kita harus memaksa dia untuk belajar dengan cara duduk di kelas? Mengapa kita tidak biarkan saja mereka belajar di luar sambil bermain?” tanya Mia bernada retoris.
Sembari bercerita, istri Nurul Khamdi ini memberi contoh tentang berbagai pelatihan yang diberikan kepada orang-orang dewasa.
“Mereka mendapatkan pelatihan dengan cara melakukan game. Tujuannya agar mereka senang, dan mampu menyerapkan materi dengan lebih baik. Bila terhadap orang dewasa saja dilakukan dengan metode bermain, mengapa kepada anak-anak justru tidak diperbolehkan?” tanyanya sekali lagi.
Disiplin Berbeda
Dirinya acap mendapatkan keluhan dari wali murid, perihal putra-putri mereka yang menjadi tidak disiplin. Namun dengan tegas Mia menyatakan bahwa model pembelajaran mereka menerapkan disiplin dari sisi yang berbeda.
“Saya tidak pernah mempermasalahkan baju yang dikenakan, pakai ikat pinggang atau tidak, bahkan bagaimana anak belajar. Yang terpenting adalah anak menyelesaikan tugas yang diberikan. Usia sekolah anak merupakan masa pertumbuhan. Melarang anak sama halnya memangkas kreativitas mereka. Selama yang dilakukan anak tidak berbahaya, kami masih mengizinkannya,” tukasnya.
Akan halnya dengan sekolah alam yang digawanginya, Mia menegaskan tetap memegang kendali kurikulum bersama sang suami. Hal ini dilakukan semata-mata untuk menjaga “kemurnian” idealisme yang telah lama mereka usung.
Terkait sekolah model lain –-seperti homeschooling-– Mia menyatakan sependapat dengan catatan tidak ada sekolah yang benar-benar bisa mengakomodasi siswa tersebut.
“Tidak ada masalah dengan sistem tersebut, selagi memang benar-benar dibutuhkan. Namun perlu diperhatikan, model ini membutuhkan keterlibatan orangtua yang lebih besar dibandingkan sekolah pada umumnya. Bagaimana pun, homeschooling membuat sang anak lebih banyak berada di rumah. Apabila orangtua tidak mampu memberikan pendampingan yang cukup, dikhawatirkan justru akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” paparnya. nur hidayat/dnr
BioMia
Nama : Mia Inayati Rachmania
Tanggal lahir : 12 April 1968
Alamat : Jalan Kelapa Kopyor 8 BN-23 Bukit Kencana Jaya, Semarang
Pendidikan : FMIPA UI
Profesi : Direktur Sekolah Alam Ar Ridho
Suami : Nurul Khamdi BEng
Anak : 11 orang
Motto Hidup : Bermanfaat untuk orang banyak dan masuk surga
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.