Masyarakat Harus Sejahtera
Pemilihan Walikota Semarang 18 April mendatang, bakal didominasi kalangan birokrat. Salah satunya adalah H Soemarmo Hadi Saputro. Pria kelahiran 13 Agustus 1959 yang terakhir menjabat Sekretaris Daerah (Sekda) itu, hapal betul permasalahan pelik Kota Atlas, sehingga jika terpilih sebagai walikota, dia sudah menyiapkan konsep pemecahannya.
BAGI masyarakat Kota Semarang, nama Soemarmo HS sudah tidak asing lagi. Sosoknya kembali mencuat sebagai bahan pemberitaan media dan perbincangan masyarakat ketika jabatannya sebagai sekda tibatiba dilengser oleh Walikota Semarang Sukawi Sutarip. Namun keputusan orang nomor satu di Semarang itu mengundang kontroversi. Apalagi setelah Gubernur Bibit Waluyo ikut cawe-cawe dan mengatakan bahwa keputusan walikota tidak bisa dibenarkan.
Soemarmo pun tetap dianggap sebagai Sekda Kota Semarang yang sah. Lepas dari permasalahan pro kontra jabatan sekdanya, figur Soemarmo memang layak disebut sebagai salah satu birokrat yang ikut menentukan arah pembangunan Kota Lunpia ini.
Suami Hj Siti Suhermin Martiningsih itu punya pengalaman segudang di ranah birokrasi. Sebab dia memang merintis karir dari bawah. Dari seorang Kaur Bandes, kemudian jadi lurah, Sekwilcam, camat, Kabag, Asisten Tata Praja, Kepala Bappeda, sampai jabatan tertinggi sebagai Sekda Kota Semarang.
Mungkin dari perjalanan pengabdian yang sangat panjang itu pula, hati kecil Soemarmo tebersit keinginan untuk memperbaiki Kota Atlas yang dia nilai belum sesuai keinginan masyarakat. Segala problema yang sangat kompleks harus segera diatasi. Dan puncaknya, dengan niat tulus atas nama pengabdian, Soemarmo memberanikan diri untuk bersaing dalam pilwalkot mendatang.
‘’Insya Allah jika saya mendapat amanat, saya akan mencurahkan perhatian secara maksimal untuk membangun Kota Semarang. Saya banyak tahu permasalahan kota ini, dan saya sudah menyiapkan konsep pemecahannya,’’ tutur Soemarmo.
Di benak bapak empat anak ini, ada lima masalah pokok Kota Semarang yang sebisa mungkin segera diatasi, yaitu masalah kemiskinan dan pengangguran, rob dan banjir, tata ruang dan infrastruktur, pelayanan publik, serta masalah kesetaraan dan keadilan gender. Berapa sebenarnya jumlah penduduk miskin di Kota Semarang? Dari total jumlah penduduk 1.742.655 jiwa, ternyata masih ada 476.400 jiwa atau 131.240 kepala keluarga penduduk miskin. Belum lagi masalah pengangguran yang persentasenya mencapai 32,44% dari jumlah total penduduk.
Angka itu bisa saja terus bertambah jika konsep penanganannya kurang menyentuh akar permasalahan, kurang terpola dan terpadu, serta kurang tepat sasaran. Permasalahan pengangguran muncul sebagai akibat dari dampak ekonomi global, kualitas angkatan kerja tidak sebanding dengan kebutuhan lapangan kerja, serta pertumbuhan tenaga kerja lebih besar dari lapangan kerja.
‘’Untuk mengatasi semua itu, menurut saya, setidaknya ada lima konsep atau program untuk menanggulanginya,’’ kata Soemarmo. Yang pertama, lanjut Soemarmo, perlunya pemberian bantuan langsung kepada kelompok warga masyarakat miskin yang sudah sangat kesulitan memenuhi kebutuhan pokok. Kedua, pemberian subsidi biaya kepada kelompok warga miskin. Subsidi itu bisa berupa pendidikan murah, beasiswa, pengambangan rusunawa, panti sosial, pembukaan lapangan kerja padat karya secara berlanjut, dan masih banyak lagi.
Kemudian yang ketiga, pemberian stimulan peningkatan pendapatan masyarakat miskin. Keempat, pengembangan pemberdayaan potensi daerah secara efektif untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan daerah. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yakni gerakan bangkit 1000 koperasi, bantuan modal bergulir bagi UMKM, pengembangan gerakan bapak asuh dari UMKM binaan pemkot, dan lain-lain.
Sementara yang kelima, peningkatan pelayanan KB melalui penyediaan alat kontrasepsi gratis bagi masyarakat miskin di setiap tempat pelayanan KB.
Tata Ruang dan Infrastruktur
Permasalahan lain yang menurut Soemarmo harus segera diatasi adalah soal tata ruang kota dan infrastruktur. Dalam masalah ini, Soemarmo menyiapkan sembilan konsep atau program. Yakni: Pembangunan
1. Rusunawa bagi masyarakat berpenghasilan rendah
2. Penataan traffic manajemen lalulintas dan pembangunan jaringan jalan lingkar dalam, lingkar tengah, dan lingkar luar, yang meliputi: l Pengembangan jalan lokal primer dan lokal sekunder serta jalan lingkungan. l Rencana jalan tol Semarang- Batang. l Rencana jalan tol Semarang-Solo l Jalur iner ring road l Jalur outer ring road.
3. Revitalisasi taman kota dan pembatasan koefisien dasar pembangunan (KDB) terutama pada
wilayah pusat .
4. Pemerataan dan pengaturan transportasi missal yang murah, aman, dan nyaman.
5. Pembangunan city walk koridor Jl Pandanaran-Jl Pemuda-Jl Agus Salim-Jl MT Haryono-Jl Ahmad Yani dan Jl Gajahmada.
6. Pembangunan E-Gov system aplikasi pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang kota, sebagai upaya penjaminan konsistensi dan komitmen terhadap Rencana Tata Ruang Kota (RTRK).
7. Revitalisasi pasar tradisonal.
8. Revitalisasi Taman Budaya Raden Saleh sebagai pasar seni dan budaya.
9. Pembangunan Semarang Trade Centre sebagai sarana informasi dan jasa bagi pelaku pasar.
Konsep lain yang sudah disiapkan Soemarmo adalah program pelayanan publik, yang meliputi:
a. Peningkatan pelayanan One Stop Service (OSS) dengan melakukan pembenahan pada beberapa aspek, seperti regulasi, standar pelayanan, dan SDM.
b. Peningkatan jaminan pelayanan prima sesuai Standar Pelayanan Publik.
c. Pelayanan dokumen kependudukan (akte kelahiran, KTP, KK) gratis.
d. Peningkatan dana santunan kematian bagi warga miskin
e. Fasilitasi program Larasita (Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah).
Tentu saja semua program di atas sudah melalui pemikiran dan penelitian yang matang, sehingga Soemarmo berani menjadikan sebagai konsep dan program jika nanti terpilih sebagai Walikota Semarang 2010-2015.
“BANGKIT MAS” Semarang Bangkit, Maju, SejahteraPemilihan Walikota Semarang 18 April mendatang, bakal didominasi kalangan birokrat. Salah satunya adalah H Soemarmo Hadi Saputro. Pria kelahiran 13 Agustus 1959 yang terakhir menjabat Sekretaris Daerah (Sekda) itu, hapal betul permasalahan pelik Kota Atlas, sehingga jika terpilih sebagai walikota, dia sudah menyiapkan konsep pemecahannya.
BAGI masyarakat Kota Semarang, nama Soemarmo HS sudah tidak asing lagi. Sosoknya kembali mencuat sebagai bahan pemberitaan media dan perbincangan masyarakat ketika jabatannya sebagai sekda tibatiba dilengser oleh Walikota Semarang Sukawi Sutarip. Namun keputusan orang nomor satu di Semarang itu mengundang kontroversi. Apalagi setelah Gubernur Bibit Waluyo ikut cawe-cawe dan mengatakan bahwa keputusan walikota tidak bisa dibenarkan.
Soemarmo pun tetap dianggap sebagai Sekda Kota Semarang yang sah. Lepas dari permasalahan pro kontra jabatan sekdanya, figur Soemarmo memang layak disebut sebagai salah satu birokrat yang ikut menentukan arah pembangunan Kota Lunpia ini.
Suami Hj Siti Suhermin Martiningsih itu punya pengalaman segudang di ranah birokrasi. Sebab dia memang merintis karir dari bawah. Dari seorang Kaur Bandes, kemudian jadi lurah, Sekwilcam, camat, Kabag, Asisten Tata Praja, Kepala Bappeda, sampai jabatan tertinggi sebagai Sekda Kota Semarang.
Mungkin dari perjalanan pengabdian yang sangat panjang itu pula, hati kecil Soemarmo tebersit keinginan untuk memperbaiki Kota Atlas yang dia nilai belum sesuai keinginan masyarakat. Segala problema yang sangat kompleks harus segera diatasi. Dan puncaknya, dengan niat tulus atas nama pengabdian, Soemarmo memberanikan diri untuk bersaing dalam pilwalkot mendatang.
‘’Insya Allah jika saya mendapat amanat, saya akan mencurahkan perhatian secara maksimal untuk membangun Kota Semarang. Saya banyak tahu permasalahan kota ini, dan saya sudah menyiapkan konsep pemecahannya,’’ tutur Soemarmo.
Di benak bapak empat anak ini, ada lima masalah pokok Kota Semarang yang sebisa mungkin segera diatasi, yaitu masalah kemiskinan dan pengangguran, rob dan banjir, tata ruang dan infrastruktur, pelayanan publik, serta masalah kesetaraan dan keadilan gender. Berapa sebenarnya jumlah penduduk miskin di Kota Semarang? Dari total jumlah penduduk 1.742.655 jiwa, ternyata masih ada 476.400 jiwa atau 131.240 kepala keluarga penduduk miskin. Belum lagi masalah pengangguran yang persentasenya mencapai 32,44% dari jumlah total penduduk.
Angka itu bisa saja terus bertambah jika konsep penanganannya kurang menyentuh akar permasalahan, kurang terpola dan terpadu, serta kurang tepat sasaran. Permasalahan pengangguran muncul sebagai akibat dari dampak ekonomi global, kualitas angkatan kerja tidak sebanding dengan kebutuhan lapangan kerja, serta pertumbuhan tenaga kerja lebih besar dari lapangan kerja.
‘’Untuk mengatasi semua itu, menurut saya, setidaknya ada lima konsep atau program untuk menanggulanginya,’’ kata Soemarmo. Yang pertama, lanjut Soemarmo, perlunya pemberian bantuan langsung kepada kelompok warga masyarakat miskin yang sudah sangat kesulitan memenuhi kebutuhan pokok. Kedua, pemberian subsidi biaya kepada kelompok warga miskin. Subsidi itu bisa berupa pendidikan murah, beasiswa, pengambangan rusunawa, panti sosial, pembukaan lapangan kerja padat karya secara berlanjut, dan masih banyak lagi.
Kemudian yang ketiga, pemberian stimulan peningkatan pendapatan masyarakat miskin. Keempat, pengembangan pemberdayaan potensi daerah secara efektif untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan daerah. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yakni gerakan bangkit 1000 koperasi, bantuan modal bergulir bagi UMKM, pengembangan gerakan bapak asuh dari UMKM binaan pemkot, dan lain-lain.
Sementara yang kelima, peningkatan pelayanan KB melalui penyediaan alat kontrasepsi gratis bagi masyarakat miskin di setiap tempat pelayanan KB.
Tata Ruang dan Infrastruktur
Permasalahan lain yang menurut Soemarmo harus segera diatasi adalah soal tata ruang kota dan infrastruktur. Dalam masalah ini, Soemarmo menyiapkan sembilan konsep atau program. Yakni: Pembangunan
1. Rusunawa bagi masyarakat berpenghasilan rendah
2. Penataan traffic manajemen lalulintas dan pembangunan jaringan jalan lingkar dalam, lingkar tengah, dan lingkar luar, yang meliputi: l Pengembangan jalan lokal primer dan lokal sekunder serta jalan lingkungan. l Rencana jalan tol Semarang- Batang. l Rencana jalan tol Semarang-Solo l Jalur iner ring road l Jalur outer ring road.
3. Revitalisasi taman kota dan pembatasan koefisien dasar pembangunan (KDB) terutama pada
wilayah pusat .
4. Pemerataan dan pengaturan transportasi missal yang murah, aman, dan nyaman.
5. Pembangunan city walk koridor Jl Pandanaran-Jl Pemuda-Jl Agus Salim-Jl MT Haryono-Jl Ahmad Yani dan Jl Gajahmada.
6. Pembangunan E-Gov system aplikasi pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang kota, sebagai upaya penjaminan konsistensi dan komitmen terhadap Rencana Tata Ruang Kota (RTRK).
7. Revitalisasi pasar tradisonal.
8. Revitalisasi Taman Budaya Raden Saleh sebagai pasar seni dan budaya.
9. Pembangunan Semarang Trade Centre sebagai sarana informasi dan jasa bagi pelaku pasar.
Konsep lain yang sudah disiapkan Soemarmo adalah program pelayanan publik, yang meliputi:
a. Peningkatan pelayanan One Stop Service (OSS) dengan melakukan pembenahan pada beberapa aspek, seperti regulasi, standar pelayanan, dan SDM.
b. Peningkatan jaminan pelayanan prima sesuai Standar Pelayanan Publik.
c. Pelayanan dokumen kependudukan (akte kelahiran, KTP, KK) gratis.
d. Peningkatan dana santunan kematian bagi warga miskin
e. Fasilitasi program Larasita (Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah).
Tentu saja semua program di atas sudah melalui pemikiran dan penelitian yang matang, sehingga Soemarmo berani menjadikan sebagai konsep dan program jika nanti terpilih sebagai Walikota Semarang 2010-2015.
SEMARANG
dikenal sebagai kota perdagangan. Hal ini mengandung arti kota yang
mendasarkan bentuk aktivitas pengembangan ekonomi yang menitikberatkan
pada aspek perniagaan, sesuai dengan karakteristik masyarakat dan kota,
yang di dalamnya melekat penyelenggaraan fungsi jasa yang menjadi tulang
punggung pembangunan, dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera.
VISITerwujudnya Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa yang berbudaya menuju masyarakat sejahtera.
MISI
1. Mewujudkan sumberdaya manusia dan masyarakat Kota Semarang yang berkualitas
2. Mewujudkan pemerintahan kota yang efektif dan efisien, meningkatkan kualitas pelayanan publik, serta menjunjung tinggi supremasi hukum.
3. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah.
4. Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan.
5. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera.
5 Konsep Atasi Banjir dan Rob
Program apa yang disiapkan Soemarmo jika nanti terpilih menjadi Walikota Semarang? ‘’Setidaknya ada lima program yang harus saya realisasikan untuk mengatasi masalah banjir dan
rob. Saya akan serius menangani dua permasalahan itu. Dengan dukungan penuh masyarakat, saya yakin bisa,’’ ujar Soemarmo mantap.
Untuk mengatasi masalah rob dan banjir, menurut Soemarmo, harus diketahui dulu pangkal permasalahannya. Banjir dan rob, lanjut Soemarmo, terjadi karena menurunnya kapasitas saluran drainase yang disebabkan sedimentasi, sampah, dan bangunan liar. Juga meningkatnya beban drainase akibat alih fungsi lahan yang tidak diikuti dengan pengembalian fungsi resapan dan tampungan.
Penyebab lain adalah intrusi air asin di Kota Semarang bawah serta gejala penurunan elevasi tanah (land subsidence), dan naiknya muka air laut sebagai dampak dari pemanasan global. “Masih ada penyebab lain, yakni operasi pemeliharaan yang kurang optimal dan penegakan hukum masih lemah,’’ tambah Soemarmo.
Untuk mengatasi persoalan pelik tadi, ada lima cara atau pemecahan yang bisa dilakukan, baik secara teknis maupun non-teknis.
1. Pemecahan secara teknis (bagian hilir)
l Sistem polder: tanggul laut, tanggul keliling, tampungan, sistem pintu & stasiun pompa, dan internal drain.
l Memanen air hujan dengan penampung air hujan.
l Mengembalikan daerah sempadan sungai/saluran sebagaimana mestinya.
2. Pemecahan secara teknis (bagian hulu)
l0 Memanen air hujan dengan resapan dan tampungan (embung, lumbung air, dll).
l Mengembalikan daerah sempadan sungai/saluran sebagaimana mestinya.
3. Pemecahan secara nonteknis
l Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang lingkungan sehat, drainase, sampah, dll, melalui public education dengan memanfaatkan media massa.
l Meningkatkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan system drainase.
l Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah kabupaten yang terkait secara hidrologis.
l Menegakkan hukum (law enforcement).
4. Pemecahan nonteknis
l Publik education melalui slogan di bidang kebersihan “yen durung biso ngresiki, ojo ngregeti”.
l Pengalihan profesi bagi masyarakat yang terkena dampak proyek Waduk Jatibarang, antara lain: petani di Jatibarang dialihprofesikan menjadi petani ikan/pemandu wisata/pengrajin handycraft.
l Pembentukan kelompok swadaya masyarakat dalam pengelolaan drainase khususnya di wilayah Banjirkanal Barat dan Timur.
l Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah kabupaten yang terkait secara hidrologis.
l Menegakkan hukum (law enforcement)
5. Pemberian sanksi dan penindakan tegas (eksekusi) terhadap bangunan yang tidak sesuai dengan tata ruang kota.
SOEMARMO HADI SAPUTRO, dilahirkan dari keluarga pejuang. Ayahnya, Abdullah Hadi Supadmo (alm) adalah seorang anggota TNI AD, sedang ibunya, Saudah (almh) menjadi anggota Legiun Veteran RI. Ia merintis karir sebagai pegawai negeri sipil dari tingkat bawah, sampai akhirnya menjadi Kaur Bangdes Kecamatan Semarang Utara (1983), Kaur Bangdes Kecamatan Semarang Barat (1985), Lurah Panjangan (1991), Lurah Kalipancur (1993), Sekwilcam Kecamatan Ngaliyan (1995), Camat Ngaliyan (1997), Camat Banyumanik (1999), Kepala Bagian Kepegawaian (2000), Kepala Bagian Umum (2002), Asisten Tata Praja (2004), Kepala Bappeda (2005), dan Sekda Kota Semarang (2006-2009).
Soemarmo juga mengabdi lewat beberapa organisasi, baik sebagai ketua, pembina, maupun pengurus biasa. Yaitu Ketua FKKPI Jateng, Ketua Pencak Silat Perisai Diri Jateng, Ketua Dewan Pembina Jamaah Ahli Toriqot Mutabaroh Indonesia (JATMI) Jateng, Dewan Pembina Vespa Mania Jateng, Ketua Umum PBVSI Kota Semarang, Ketua Jamaah Haji Fatimah Zahra Kota Semarang, Ketua Umum LPTQ Semarang, Ketua Korpri Kota Semarang, Ketua Harian PSIS, Wakil Ketua Kwarcab Pramuka Kota Semarang, Dewan Penasihat Komunitas Cah Semarang, Ketua Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Kota Semarang, Majelis Pertimbangan Organisiasi Pemuda Pancasila Kota Semarang, dan Pembina Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia Kota Semarang.
Bio Soemarmo
Nama : Drs H Soemarmo Hadi Saputro MSi
Tempat/Tgl Lahir : Cijulang, 13 Agustus 1959
Nama Istri : Hj Siti Suhermin Martiningsih
Nama Anak :
1. Gumilang Febriansyah Wisudananto
2. H Juan Rama
3. Anggita Putri Sekarsari
4. Meliya Anindyaguna Rosyda
Menantu : Flora Melani Widhasmara
Cucu : Farrel Arkan Maulana Wijoyo
Alamat Rumah : Jl Bukit Umbul No 2 Semarang
PENDIDIKAN
1. SD Negeri Bantul (1971)
2. SLTP Negeri 1 Bantul (1974)
3. SLTA Negeri Banjarnegara (1977)
4. D-III APMD Yogyakarta (1982)
5. S-1 STPMD Yogyakarta (1992)
6. S-2 MAP Undip Semarang (2005)
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.